SEMANGAT HIDUP
Dentingan
musik mengalun sendu menemani keheningan malam, angin dingin bertiup kencang
dari jendela kamarnya, memang sejak tadi pagi hujan telah membasahi jalan
dia yang terdiam
dikamar dengan ribuan perasaan yang tak dapat diungkapkan merasuk kedalam hati,
merusak hingga membuat rapuh seperti rayap yang menggrogoti kayu yang kuat.
Ketika
sang surya menyambut pagi gadis terbangun dari tidur lelapnya memaksakan raga beranjak
dari kasur yang nyaman, jam dinding menunjukan pukul 06;30 wib,gadis pergi
melangkahkan kaki menuju sekolah, sepanjang perjalanan dia perhatikan setiap
orang yang berada di jalan. Memang sekolahnya tak jauh dari rumah. Dapat di
tempuh dengan berjalan kaki, ketika gadis itu berjalan dia melewati sebuah
kantor besar dengan bangunannya berdiri kokoh menjulang tinggi ke atas langit.
Dari kejauhan dia lihat seorang pegawai dengan berpakaian seperti office boy
sedang berbicara dengan seseorang yang berdiri di hadapannya menggunakan jas
bagus terlihat seperti atasannya. “ Akan seperti apa aku dimasa depan ?”
pertanyaan itu tiba-tiba muncul , dia lanjutkan perjalanan meninggalkan kedua
orang itu.
Gadis tak heran jika suasanan sekolahnya pagi
itu terlihat begitu sepi karena jam baru menunjukan pukul 06;40 wib, dia
telusuri lorong-lorong kelas karena kelasnya berada di ujung lorong dekat
dengan kantin, dia memilih duduk di bangku ketiga dari depan. Dia perhatikan
satu persatu teman-temannya yang mulai memasuki ruang kelas tiba-tiba
pertanyaan itu muncul kembali “akan seperti apa kita di masa depan ?”, sejenak
gadis tenggelam dalam lamunan tak berani dia membayangknnya, ketika dia sedang
asik dengan lamunannya wina datang mengagetkan. Wina adalah temannya sejak
kelas 1 dan sekarang mereka telah duduk di kelas 3 pertemanan mereka terjalin
dengan sederhana namun penuh dengan keistimewaan, wina juga duduk sebangku
dengannya,
“
mengapa pagi-pagi sudah melamun ?” Tanya wina dengan senyumnya yang mengembang
indah
“
aku hanya membayangkan diriku dimasa depan akan seperti apa? karena aku merasa
tak ada yang istimewa dari diriku “ jawab gadis dengan datar
“
memang masa depan sangat menakutkan jika kita terus bayangkan , makanya biarkan
saja masa depan itu datang dengan sendirinya tak usah dipikirkan “ jawab wina
dengan gayanya yang santai
Mendengar jawaban wina,
gadis berusaha untuk melupakan pertanyaan gilanya, pelajaran hari ini pun
dimulai tentang sosiologi.
Bel pulang sekolahpun berbunyi menandakan waktu
pengusiran dari sekolah , siswa-siswi berhamburan keluar dengan segera seakan ada
sesuatu yang indah menanti mereka dirumah, tak terkecuali gadis segera dia
berpamitan pulang terlebih dulu kepada wina dan memang rumah mereka tidak
searah. Tiba dirumah dia hempaskan tubuh lelahnya diatas ranjang begitu nyaman
rasanya, “ apa kelebihan yang ku miliki ?” , “ aku termasuk orang yang tidak
pintar dalam kelas lalu bagaimana? “ bertubi-tubi pertanyaan muncul dalam benaknya. Selalu memikirkan tapi tak pernah
menemukan jawaban atas semua pertanyaanya. Hingga, kini gadis larut dalam
ketakutan akan masa depannya kelak, namun ketakutannya tak pernah dia tunjukkan
kepada sahabat dan teman kelasnya, dia tutupi semua dengan tingkah-tingkahnya
yang aneh.
Ketika malam datang dia terdiam dalam kamar , dia matikan
penerang malam, dia biarkan ruangan itu gelap sungguh gelap. Dia termenung
mengingat tingkah anehnya tadi dan ketakutan akan hidupnya kelak, dikala sedih
dan sesak itu memenuhi rongga dadanya, dia tumpahkan dalam tangisan yang coba
dia ekspresikan. Kini gadis yang terlihat ceria menjadi gadis yang sangat
rapuh, di dalam gelap dan kesunyian malam.
Pagi ini wina datang lebih dulu, wina sepertinya sadar
akan keadaan sahabatnya sejak perbincangannya dengan gadis kemarin, dia lebih
sering termenung matanya menerawang jauh menempuh puluhan ribu waktu
kedepan, dia larut dalam dunianya
sendiri tanpa dia sadari dunia ini ramai dengan semua cerita-cerita gila
“ aneh rasanya jika tak
melihat rona senyumnya yang membangkitkan rasa semangat membahana “ ucap wina
kepada gadis
mendengar hal itu gadis
menatap wajah sahabatnya lekat
“ sebenarnya kamu
manis, lembut dan sangat anggun namun kamu tak pernah menyadari ada sisi lain
yang lebih indah di hidupmu. Kamu bukanlah gadis lugu yang penuh dengan
kesedihan dan larut dalam ketakutan akan masa depanmu sendiri, kamu adalah
gadis yang ceria dan membanggakan semua orang” ucap wina dengan senyum tulus
Gadis yang yang
mendengar ucapan wina tadi hanya bisa tersemyum, mutiara indahya jatuh tanpa
dia sadari.
Perlahan gadis mulai membuka matanya yang telah terpejam
sangat lama, dia takjub saat melihat betapa besarnya dunia. Lalu dia mulai
berubah, dia berusaha menjadi orang yang pantas di banggakan oleh orang tuanya
dan orang –orang yang berada di sekitarnya. Gadis sadar masa depan itu tak
hanya di pikirkan namun harus di selesaikan.
“Bangkitlah gadis lugu
yang tulus, kamu bukanlah butiran debu yang berada di pingir jalan namun kamu
adalah mutiara laut yang sinarnya dapat dirasakan hingga ke tepi.” Ucap wina
lembut menenangkan hati
Novia
mandalasari
Tulisannya mantap ka'.. pasti hasil karangan sendiri yah..atau mungkin pengalaman pribadi.. wateverlah.. mantap..
BalasHapus