Minggu, 14 April 2013

cerpen


SEMANGAT HIDUP
Dentingan musik mengalun sendu menemani keheningan malam, angin dingin bertiup kencang dari jendela kamarnya, memang sejak tadi pagi hujan telah membasahi jalan
dia yang terdiam dikamar dengan ribuan perasaan yang tak dapat diungkapkan merasuk kedalam hati, merusak hingga membuat rapuh seperti rayap yang menggrogoti kayu yang kuat.
Ketika sang surya menyambut pagi gadis terbangun dari tidur lelapnya memaksakan raga beranjak dari kasur yang nyaman, jam dinding menunjukan pukul 06;30 wib,gadis pergi melangkahkan kaki menuju sekolah, sepanjang perjalanan dia perhatikan setiap orang yang berada di jalan. Memang sekolahnya tak jauh dari rumah. Dapat di tempuh dengan berjalan kaki, ketika gadis itu berjalan dia melewati sebuah kantor besar dengan bangunannya berdiri kokoh menjulang tinggi ke atas langit. Dari kejauhan dia lihat seorang pegawai dengan berpakaian seperti office boy sedang berbicara dengan seseorang yang berdiri di hadapannya menggunakan jas bagus terlihat seperti atasannya. “ Akan seperti apa aku dimasa depan ?” pertanyaan itu tiba-tiba muncul , dia lanjutkan perjalanan meninggalkan kedua orang itu.
 Gadis tak heran jika suasanan sekolahnya pagi itu terlihat begitu sepi karena jam baru menunjukan pukul 06;40 wib, dia telusuri lorong-lorong kelas karena kelasnya berada di ujung lorong dekat dengan kantin, dia memilih duduk di bangku ketiga dari depan. Dia perhatikan satu persatu teman-temannya yang mulai memasuki ruang kelas tiba-tiba pertanyaan itu muncul kembali “akan seperti apa kita di masa depan ?”, sejenak gadis tenggelam dalam lamunan tak berani dia membayangknnya, ketika dia sedang asik dengan lamunannya wina datang mengagetkan. Wina adalah temannya sejak kelas 1 dan sekarang mereka telah duduk di kelas 3 pertemanan mereka terjalin dengan sederhana namun penuh dengan keistimewaan, wina juga duduk sebangku dengannya,
“ mengapa pagi-pagi sudah melamun ?” Tanya wina dengan senyumnya yang mengembang indah
“ aku hanya membayangkan diriku dimasa depan akan seperti apa? karena aku merasa tak ada yang istimewa dari diriku “ jawab gadis dengan datar
“ memang masa depan sangat menakutkan jika kita terus bayangkan , makanya biarkan saja masa depan itu datang dengan sendirinya tak usah dipikirkan “ jawab wina dengan gayanya yang santai
Mendengar jawaban wina, gadis berusaha untuk melupakan pertanyaan gilanya, pelajaran hari ini pun dimulai tentang sosiologi.
            Bel pulang sekolahpun berbunyi menandakan waktu pengusiran dari sekolah , siswa-siswi berhamburan keluar dengan segera seakan ada sesuatu yang indah menanti mereka dirumah, tak terkecuali gadis segera dia berpamitan pulang terlebih dulu kepada wina dan memang rumah mereka tidak searah. Tiba dirumah dia hempaskan tubuh lelahnya diatas ranjang begitu nyaman rasanya, “ apa kelebihan yang ku miliki ?” , “ aku termasuk orang yang tidak pintar dalam kelas lalu bagaimana? “ bertubi-tubi pertanyaan muncul dalam  benaknya. Selalu memikirkan tapi tak pernah menemukan jawaban atas semua pertanyaanya. Hingga, kini gadis larut dalam ketakutan akan masa depannya kelak, namun ketakutannya tak pernah dia tunjukkan kepada sahabat dan teman kelasnya, dia tutupi semua dengan tingkah-tingkahnya yang aneh.
            Ketika malam datang dia terdiam dalam kamar , dia matikan penerang malam, dia biarkan ruangan itu gelap sungguh gelap. Dia termenung mengingat tingkah anehnya tadi dan ketakutan akan hidupnya kelak, dikala sedih dan sesak itu memenuhi rongga dadanya, dia tumpahkan dalam tangisan yang coba dia ekspresikan. Kini gadis yang terlihat ceria menjadi gadis yang sangat rapuh, di dalam gelap dan kesunyian malam.
            Pagi ini wina datang lebih dulu, wina sepertinya sadar akan keadaan sahabatnya sejak perbincangannya dengan gadis kemarin, dia lebih sering termenung matanya menerawang jauh menempuh puluhan ribu waktu kedepan,  dia larut dalam dunianya sendiri tanpa dia sadari dunia ini ramai dengan semua cerita-cerita gila
“ aneh rasanya jika tak melihat rona senyumnya yang membangkitkan rasa semangat membahana “ ucap wina kepada gadis
mendengar hal itu gadis menatap wajah sahabatnya lekat
“ sebenarnya kamu manis, lembut dan sangat anggun namun kamu tak pernah menyadari ada sisi lain yang lebih indah di hidupmu. Kamu bukanlah gadis lugu yang penuh dengan kesedihan dan larut dalam ketakutan akan masa depanmu sendiri, kamu adalah gadis yang ceria dan membanggakan semua orang” ucap wina dengan senyum tulus
Gadis yang yang mendengar ucapan wina tadi hanya bisa tersemyum, mutiara indahya jatuh tanpa dia sadari.
            Perlahan gadis mulai membuka matanya yang telah terpejam sangat lama, dia takjub saat melihat betapa besarnya dunia. Lalu dia mulai berubah, dia berusaha menjadi orang yang pantas di banggakan oleh orang tuanya dan orang –orang yang berada di sekitarnya. Gadis sadar masa depan itu tak hanya di pikirkan namun harus di selesaikan.
“Bangkitlah gadis lugu yang tulus, kamu bukanlah butiran debu yang berada di pingir jalan namun kamu adalah mutiara laut yang sinarnya dapat dirasakan hingga ke tepi.” Ucap wina lembut menenangkan hati


                                                                                                      Novia mandalasari

1 komentar:

  1. Tulisannya mantap ka'.. pasti hasil karangan sendiri yah..atau mungkin pengalaman pribadi.. wateverlah.. mantap..

    BalasHapus